Sampai saat
ini sudah dikenal 6 sel bahan bakar (Fuel Cell) yang dibedakan berdasarkan pada
elektrolit yang digunakan dan kondisi operasi (suhu dan tekanan) sel. Keenam
sel tersebut ialah Proton exchange membrane fuel cell (PEMFC), Alkali Fuel Cell
(AFC), Molten Carbonat Fuel Cell (MCFC), Posphoric Acid Fuel Cell (PAFC), Solid
Oxide Fuel Cell (SOFC) dan Direct Methanol-Ethanol Fuel Cell (DMFC/DEFC).
Diantara 6
jenis, fuel cell hidrogen membran elektrolit (PEMFC) dan sekaligus paling
banyak mendapakan perhatian di seluruh Negara. Ini karena memiliki kelebihan
dibandingkan mesin konvensional. Sel ini menggunakan elektrolit padat yang
disebut (proton exchange membrane, PEM ) yang mudah dibuat, efesiensi tenaga
hampir dua kali lipat dibandingkan dengan efisiensi mesin konvensional. Hasil
reaksi elektrokimia hanya air (zero emission), bersifat modular, tidak ada
masalah korosi, masa pakai mencapai 11.000 jam, tidak mengeluarkan bunyi dan
dapat diaplikasikan untuk alat yang bergerak maupun alat alat yang tak mudah
alih. Sel bahan hidrogen merupakan salah satu alat penghasil tenaga yang
merubah energi elektrokimia secara langsung menjadi energi listrik. Hasil
reaksi elektrokimia adalah air, berbeda dengan mesin konvensioanal menghasilkan
gas buang yang beracun seperti (CO2, CO, SOx, NOx, VOM dan gas-gas lainya yang
sangat membahayakan lingkungan). Disamping itu sel bahan bakar menghasilkan
efisiensi tenaga yang tinggi dibandingkan dengan mesin konvensional karena
tidak ada kerugian gesekan poros. Sel dapat dibuat untuk dapat digunakan
sebagai sumber pembangkit listrik untuk peralatan kecil seperti PC sampai
dengan alat-alat trasportasi dan sebagai pembangkit uap air.
Jenis dari
pada fuel cell ditentukan oleh material yang digunakan sebagai elektrolit yang
mampu menghantar proton. Pada saat ini ada 6 jenis fuel cell yaitu:
▪ Alkaline
(AFC)
▪ Proton
exchange membrane, juga disebut proton elektrolit membrane(PEM)
▪ Phosphoric
Acid(PAFC)
▪ Molten
carbonate(MCFC)
▪ Solid
oxide(SOFC)
▪ Direct
methanol fuel cells(DMFC)
▪ Regenerative
fuel cells
Fuel cell mempunyai efisiensi
yang cukup tinggi, dari 40% sampai 70%, tergantung dari jenis fuel cell, yang
paling tinggi adalah alkaline (AFC), solid oxyde (SOFC), direct methanol fuel
cell(DMFC) dan regenerative fuel cell.
▪ Alkaline
(AFC)
Fuel cell mempunyai
kepekaan terhadap zat-zat tertentu seperti CO2 , CO, korosi dan produk
oksidasi. Penggunaan dari pada fuel cell ini terutama untuk menghasilkan energi
yang dipakai pada program angkasa luar, power station penghasil listrik atau
energi panas dan untuk kendaraan. Alkaline fuel cells(AFC) menggunakan alkaline
potassium, hydroxyde sebagai elektrolit, dapat menghasilkan efisiensi sampai 70%.
Banyak digunakan oleh NASA untuk misi ulang-alik angkasa luar. Biayanya sangat mahal,
sehingga tidak dipakai untuk komersial.
▪ Proton
exchange membrane, juga disebut proton elektrolit membrane(PEM)
Proton exchange
membrane(PEM) memiliki membran yang terbuat dari plastik tipis yang pada kedua
sisinya dilapisi dengan platina. Jenis ini sangat sesuai untuk kendaraankarena
mampu beroperasi pada temperatur yang rendah. Harganya relatif murah, sehingga dapat
digunakan untuk alat listrik, kamera video dan telepon selular. Fuel cell PEM
memiliki kepadatan energi yang tinggi (high energy density). Gambar a dan b
adalah proton exchange membrane fuel cells dari beberapa produsen.
▪ Phosphoric
Acid(PAFC)
Phosphoric
acid fuel cells (PAFC) sudah banyak digunakan untuk penghasil listrik di rumah
sakit, hotel, perkantoran, sekolah dan stasiun penghasil listrik.
▪ Molten carbonate
(MCFC)
Molten carbonate
(MCFC) beroperasi pada temperatur yang tinggi sehingga hanya dapat digunakan
untuk keperluan industri. Jenis ini dapat dipakai untuk menghasilkan energi
yangbesar, energi sebesar 10 kW dan 2 MW
telah diuji coba di Jepang dan Itali.
▪ Solid oxide
(SOFC)
Solid oxide
(SOFC) ini menggunakan material dari keramik keras, memunngkinkan untuk operasi
temperatur tinggi, banyak dicoba untuk keperluan stasiun pembangkit tenaga listrik.
Cell ini berbentuk tabung. sebuah solid oxyde fuel cell.
▪ Direct methanol
fuel cell (DMFC)
Jepang telah
mencoba dengan tenaga yang dihasilkan sebesar 25 kW dan di Eropa sudah dicoba
sebesar 100 kW, percobaan sebesar 220 kW sedang dilakukan. Direct methanol fuel
cell (DMFC) mirip dengan proton exchange elektrolyt (PEM), yaitu sama-sama
menggunakan plastik polymer sebagai membran. Pada DMFC hidrogen diambil secara langsung
oleh katalisator anoda dari methanol cair, sehingga tidak diperlukan sebuah
reformer bahan bakar.
▪ Regenerative
fuel cell
Regenerative
fuel cell merupakan jenis yang terbaru. Dengan menggunakan elektrolisa tenaga
solar cell, maka bahan-bahan yang diperlukan oleh fuel cell diambil dari air
dengan cara mengubahnya menjadi hidrogen dan oksigen, yang selanjutnya dapat
menghasilkan tenaga listrik, panas dan air. Air ini didaur ulang dengan proses
yang sama.
Apabila fuel cell ini digunakan untuk kendaraan, maka temperatur operasi yang terlalu
tinggi akan kurang memadai. PEM dan DMFC beroperasi pada temperatur rendah, sedang
penggunaan AFC untuk keperluan ini tidak menguntungkan, karena harganya mahal.
http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar